Cap Go Meh 2015

2015, perayaan Cap Go Meh di Cibadak, Bandung.
Re-edit foto-fotonya jadi black and white.

Beginilah aku, kalo lagi suka dan mantengin terus foto-fotonya Hideaki Hamada, di otak tuh yang kebayang cuma tone Jepang.

Sekarang, karena beberapa hari ini lagi suka nongkrongin magnumphotos.com dan foto-fotonya street photographer legendaris semacam Henri Cartier-Bresson, Robert Frank, Dorothea Lange, Diane Arbus, Elliott Erwitt, Annie Leibovitz, Vivian Maier dan lainnya, yang mana kebanyakan masih foto film hitam putih, jadinya ya gini.

Mood ngedit jadi pengin BW juga.

Penginnya sih ngemirip-miripin foto BW film yang grainy dan jadul tapi indah gitu deh pokoknya, tapi ya emang beda aja antara digital sama film, jadi mentok kayak gini aja editingnya.

But that’s just the technical part.

Setelah kufikir-fikir tentang fotografi, at the end of the day, menurutku fotografi bukan tentang bagus atau engga bagus. Fotografi adalah tentang menyampaikan sesuatu layaknya sebuah tulisan.

If you have something to say, you tell or write it down. Same with photography, if you have something to show, show the pictures.

And for me, i just want to show you how i see things (dan nulis dikit biar konteksnya jelas).

Sekarang, aku mau nunjukin apa saja yang kulihat dan bagaimana aku menikmati event perayaan Cap Go Meh di daerah Pecinan sebagai penonton. Tanpa warna.

Kesimpulannya, BW itu aneh. Di satu sisi kayaknya mudah karena tinggal menghilangkan warna agar mata bisa fokus ke bentuk atau apapun objek yang ada di dalam frame foto. Tapi karena itu juga lah, foto jadi lebih cepat dinilai, membosankan atau engga, jadi ya gampang-gampang susah.

  • Fashion sideline
  • Bebelandaan
  • Holla!
  • Nostalgia
  • Aktifitas refreshing
  • Refleksi